Orang Islam Harus Tau! "4 Permasalahan Pokok Manusia"

Jika diteliti kembali, sesungguhnya segala problematika yang sering terjadi di tubuh umat ini tidak pernah terlepas dari 4 hal pokok.


4 Permasalah Pokok Manusia

Empat hal inilah yang selalunya membuat manusia gelisah dalam menjalani hidupnya.

1. Penciptaan

Kenapa saya kok gemuk? Kenapa saya kok jangkung? Kenapa saya kok hitam? Kenapa saya kok pendek? Kenapa hidung saya pesek? Kenapa dia kok mancung? Mengapa saya kok jerawatan? Dll.

Sesungguhnya jawabannya gampang, bukankah Allah telah berfirman:

ألله خالق كل الشيء

Artinya:”Allah menciptakan segala sesuatu” Q.S Az-Zumar:62
Dan setiap keputusan Allah pasti ada hikmahnya. Nikmati saja, terima saja, sabarlah, sesungguhnya Allah lebih tau apa yang terbaik untuk kita. Tidak mesti orang yang rupawan ia lebih bahagia daripada mereka yang kurang tampan dan kurang cantik. 

Tidak mesti orang yang hidungnya mancung lebih bahagia hidupnya ketimbang mereka yang hidupnya kurang mancung. Tidak mesti orang yang kulitnya putih lebih bahagia hidupnya ketimbang mereka yang kulitnya kurang putih. 

Sesungguhnya kita adalah ciptaan Allah, sehingga Allahlah yang lebih tahu atas apa yang kita butuhkan. Terimalah apa yang ditakdirkan kepada kita dengan lapang dada, sesungguhnya semuanya itu pasti ada hikmahnya.

2. Rezeki

Ada satu konsep ekonomi yang harus dipahami oleh setiap hamba dalam hal ini. Allah telah berfirman:

وما خلقت الجن والإنسا إلا ليعبدون

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah untuk menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Misi manusia diciptakan di dunia ini hanyalah untuk beribadah. Ia tidak diperintahkan untuk sibuk mencari makan atau mencari penghidupan. Allah lah yang memerintahkan mereka untuk beribadah, dan Allah pulalah yang menjamin mereka dalam masalah Rezeki. Tidaklah Allah meminta rizqi kepada hambaNya, akan tetapi Allah lah yang memberi nafkah para hamba Nya. 

Bukankah Allah berfirman:

مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ . إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ  

aku tidak menghendaki Rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 57-58)
Jika seseorang telah memahami ayat ini dengan baik, maka selesailah sudah perkaranya. Ia mencari Rezeki untuk ibadah. Ia mendapat gaji untuk ibadah. Dan semua yang ia usahakan di dunia ini semuanya untuk beribadah. 

Dan tidak ada di dunia ini yang lebih ia cintai kecuali ibadah kepada Allah. Sehinga dengan demikian ototamtis Allah akan mencukupkannya, memberinya Rezeki dari arah yang tiada diduga. 

Adapun kegelisahannya dalam mencari Rezeki sudah terjawab di dalam firman Allah di bawah ini:

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ

dan di langit terdapat (sebab-sebab) Rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” Q.S Adz-Dzariyat: 22

Maka ketahuilah:
  • Rezeki kita bukan bergantung pada gaji!
  • Rezeki kita bukan bergantung pada bisyarah!
  • Rezeki kita bukan bergantung pada sawah!
  • Rezeki kita bukan bergantung pada toko, dll.!
  • Rezeki kita ada di langit!
Maka konsentrasikan masalahmu ke langit, adukanlah masalahmu ke langit, perbanyaklah berdoa, perdekatkanlah hubunganmu ke langit, dekatkanlah dirimu kepada Allah. Sedangkan usaha hanyalah sebagai bentuk ikhtiar atau wasilah saja, agar Allah menurunkan kepadamu atas apa yang Dia janjikan kepadamu.

Kuantitas waktu yang anda luangkan untuk mencari Rezeki tidak akan berbanding lurus dengan hasil yang anda dapatkan.

Kemudian Allah berfirman lagi di dalam ayat yang lain:

وما من دابة في الأرض إلا على الله رزقها

Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi Rezekinya” Q.S Hud:6

Rezeki itu sudah ada yang menjamin, syaratnya: Qana’ah dan tidak serakah. Maka dari itu, belajarlah kepada ayam dalam hal qana’ah. Belajarlah kepada cicak untuk bersabar dalam mencari rizqi. Ia tidak memilki sayap, akan tetapi makanannya semuanya adalah hewan bersayap.

Dan tidak pernah terdengar bahwa ada cicak mati kelaparan karena kekurangan rizqi. Apalagi terdengar kisah bahwa cicak mengeluh karena tidak memeilki syap sehingga susah mencari Rezeki.

Satu hal yang harus dipahami, dan ini harus menjadi perinsip. Jika Rezeki yang dijanjikan oleh Allah kepada kita adalah 5.000.000,- dan kita layak untuk mendapatkan sejumlah itu. Sedangkan gaji rutin pekerjaan kita hanyalah 3.000.000,-. Maka yakinilah, bahwa yang 2.000.000,- pasti akan didatangkan oleh Allah dari arah yang tak diduga-duga, itu pasti.

Dan sebaliknya, jika hak yang harus kita terima sebenarnya adalah 2.000.000,-, dan memang pada hakikatnya kita hanya layak mendapatkan sejumlah itu. Sedangkan gaji rutin pekerjaan kita adalah 5.000.000,-. Maka ketahuilah, bahwa yang 3.000.000,- pasti akan diambil oleh Allah dari arah yang tak diduga-duga pula. Sebab itu bukanlah hak kita. Bisa melalui sakit, hilang di jalan, dicuri orang, dll.

3. Kekuasaan atau jabatan

Terkadang banyak orang pusing memikirkan posisinya. Mengapa saya tidak pernah naik jabatan. Mengapa saya dari dulu kok hanya petugas lapangan. Kapan saya kerja di kantor. Duduk di kursi empuk, tidak kepanasan, tidak kedinginan.

Dan seabrek pertanyaan-pertanyaan yang semakin membuatnya hidup di bawah tekanan. Yang pada hakikatnya, ia sendirilah yang membuat tekanan itu.

Coba saja jika semua permasalahannya tadi dipulangkan kepada Allah. Berdo’a kepada Allah, memohon kepada Allah. Tidak usah mengeluh kepada manusia. Fokuslah minta perubahan kepada Allah. Karena Dialah yang Maha berkuasa untuk memuliakan dan menjatuhkan hambanya.

Bukankah Allah berfriman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ () تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ()

Artinya:“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri Rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” Q.S Al Imran:26-27

Allah lah yang Maha Kuasa. Allah lah yang mengerti apa yang pantas untuk hamba Nya dan apa yang tidak pantas untuk hambaNya. Dia lah Pencipta kita, maka Dia pulalah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita. Mintalah kepada Allah, mohonlah kepada Allah, pantaskanlah diri jika kita ingin menjadi seorang yang diangkat derajatnya oleh Allah.

4. Nasib

Tidak sedikit saudara-saudara kita yang terlalu mecemaskan bagaimana nasibnya di masa yang akan datang. Mereka takut hidup dalam derita, hidup dalam sengsara. Sehingga tak jarang diantaranya berani menhalalkan segala cara untuk menggapai satu kata yaitu bahagia.

Sebenarnya tak perlu bingung, mintalah kepada Allah apa yang anda inginkan di masa yang akan datang. Lisankanlah segala yang ada dalam pikiran, lafadzkanlah semua keluh kesah atau keingnina yang ada di dalam hati, adukanlah, mohonkanlah kepada Allah.

Serahkanlah proposal hidupmu kepada Allah. Tulislah secara detail, apa, kapan, bagaimana yang engkau minta. Jika sudah, mintalah, mohonlah, pesanlah kepada Allah dalam do’a-do’amu di setiap waktu-waktu mustajab.

Amatilah jejak perjalanan hidup nabi Muhammad Saw.. Maka kita akan mendapati suatu hal yang sepektakuler, luar biasa. Perjalanan hidupnya tersusun dengan rapi. Berjalan terus naik ke atas penuh pencapaian.

Bahkan para sejarawan muslim mencatat waktu-waktunya secara detail.
  1. Usia 10 tahun, mulai mengenal pekerjaan dengan mengembala kambing.
  2. Usia 12 tahun, membentuk mental dagang, dengan ikut berdagang paman-pamannya.
  3. Usia 18 tahun, beliau sudah mengenal pasar regional (kelas nasional).
  4. Usia 25 tahun, beliau sudah mengenal pasar internasional. Pada saat itu beliau sudah keliling 8 negara.
  5. Usia 35 tahun, sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat. Beliua mendapat gelar al-amin. Pada usia itu beliau sudah memiliki bakat ketokohan. Menjadi rujukan kaumnya.
  6. Usia 40 tahun , menjadi pria yang matang dan dewasa. Siap menerima amanah. Pada usia itulah beliau diberi amanah sebagai seorang Nabi.
  7. Usia 50-60 tahun, membuat investasi sebanyak-banyaknya untuk perbekalan kampung akhirat. Di usia itulah ilmu beliau semakin matang untuk berdakwah dan rujukan umat. 

Oleh: Ust. Umar Faqihuddin, Lc.

0 Comments


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)