Opini Netizen - Di tengah persidangan dan penyidikan kasus megakorupsi proyek KTP elektronik (e-KTP), ketua satgas penyidikan kasus tersebut, Novel Baswedan, mendapat serangan teror berupa siraman air keras, di dekat tempat tinggalnya, kawasan Jl Deposito T, RT 03, RW 10, Kelurahan Pesanggrahan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta, sekira pukul 05.10 WIB, Rabu (12/4).
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut menderita luka serius di kedua matanya.
Selain itu, Novel juga menderita luka benjol di dahi karena membentur pohon nangka di dekat rumahnya, ketika berusaha kembali ke Masjid Al Ihsan untuk mencuci wajah dan kepala menggunakan air.
Kontan peristiwa membuat kegemparan hingga Istana Presiden. Setelah mengalami serangan, Novel bahkan sempat menelepon Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.
Kapolri kemudian membentuk tim khusus terdiri dari petugas Polres Jakarta Utara, Polda Metro Jaya, dan Mabes Polri.
Novel mengungkapkan dua minggu sebelum jadi korban teror, dirinya merasa dibuntuti orang tak dikenal. Informasi itu disampaikan Abdur Rahim Hasan, Imam Masjid Al Ihsan, yang berlokasi tak jauh dari rumah Novel. Sebelum diserang, Novel menjalankan Salat Subuh berjemaah di masjid tersebut.
"Pak Novel pernah cerita ke saya beberapa hari lalu. Ia bilang sudah dua minggu ini merasa dibuntuti. Namun Pak Novel tidak cerita kepada orang lain karena takut dikira paranoid," ungkap Hasan di Masjid Al Ihsan.
Cerita serupa disampaikan Novel kepada mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, seusai menjenguk korban di Rumah Jakarta Eye Centre (JEC), Menteng, Jakarta, Selasa.
"Ada gejala-gejala mencurigakan. Ada orang yang sering datang ke lingkungan dia," ujar Mahfud.
Novel bahkan menjegat dan memotret orang yang kerap membuntuti dirinya. Meski tidak dapat dipastikan orang tersebut adalah pelaku atau terkait penyerangan, foto tersebut dapat dijadikan bukti awal penyelidikan.
Siap hadapi teror
Begitu pula cerita disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak. Kepada Dahnil, Novel Baswedan mengungkapkan ada pihak yang belakangan ini mengintai rumahnya, Jalan Deposito T, Nomor 8, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Saya beberapa Minggu lalu berbincang dengan Novel. Waktu itu ia mengaku sudah ada yang mengikuti dirinya dan mengawasi rumahnya," ujar Dahnil di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Selasa.
Novel juga mengungkapkan tetangga rumahnya sudah memotret orang tak dikenal itu.
"Novel sudah dapat foto orang-orang yang mengawasi rumahnya secara rutin. Setiap hari ada orang yang tidak dikenal mengawasi rumah Novel," ujar Dahnil.
Ditambahkan, tak hanya kali ini Novel jadi sasaran teror. Satu diantaranya Novel Baswedan pernah ditabrak orang tak dikenal menggunakan mobil. Saat itu, Novel tengah mengendarai kendaraan roda dua.
Saudara sepupu Novel, Anies Baswedan, menyebut keluarga korban sejak lama siap menghadapi berbagai teror terhadap mantan anggota Polri itu.
"Keluarga tidak gentar. Kami siap menghadapi ini semua. Ini bukan barang baru," kata Anies seusai menjenguk Novel di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta, Selasa.
Meskipun kecewa dan marah, keluarga korban tetap tegar menghadapi perisitwa itu.
"Saya bilang pada Ibu (ibu kandung Novel), Ibu sudah mendidik anak sehingga menjadi garda terdepan perang melawan korupsi. Jadi Ibu jangan sedih, kita terus bangga," kata Anies.
Anies mengaku sering berkomunikasi dengan Novel Baswedan. Namun Novel tidak pernah cerita apapun mengenai kasus yang ditanganinya. "Saya juga tidak pernah bertanya mengenai kasus," katanya.
Menurutnya, Novel sangat menjaga etika sehingga urusan kerja dan penanganan perkara di KPK tidak pernah diceritakan kepada keluarga. Oleh karena itu Anies mengaku tidak tahu terkait perkara apa Novel disiram air keras.
"Ini (teror) bukan yang pertama kali. Ini sudah yang kelima kali," jelas Anies.
0 Comments
EmoticonEmoticon