Desa Qingyun adalah sebuah desa yang letaknya di pegunungan.
Jika ingin bepergian, harus melintasi jalan tikungan dan tanjakan pegunungan.
Saat cuaca cerah dan terang, terdapat jalanan semen berliku yang sangat indah.
Tersebar puluhan kepala keluarga di desa tersebut.
Penduduk setempat mengandalkan alam bebas di pegunungan atau menanam pohon teh dan buah-buahan untuk kebutuhan pangan mereka.
ayah ()
Di desa tersebut ada seorang pria kelahiran tahun 70an bernama Xu Dawei.
Karena dulu kehidupannya sangat miskin.
Ayah ibu serta adik perempuannya telah meninggal karena tidak mampu bertahan hidup.
Tersisa Dawei yang masih diberi kesempatan hidup hingga sekarang.
Namun, ia hanya memiliki dua buah gubuk tua dan reyot.
Ia harus memikirkan bagaimana cara agar dia bisa menikah.
Karena usianya yang sudah harus segera menikah.
Xu Dawei bekerja sebagai tukang petik daun teh untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Karena usianya yang sudah tidak muda lagi.
Penduduk desa memperkenalkan nya pada seorang janda muda di desa tersebut.
Janda muda itu bernama Pan Xiuxiu. Suaminya telah meninggal beberapa tahun lalu.
Hanya tersisa dia dan anak laki-lakinya bernama Zhangliang.
Pan Xiuxiu bekerja keras untuk menghidupi ia dan anaknya selama ini.
Jadi, ia akan dengan senang hati menerima pria manapun yang bersedia menikahinya dan menerima kehadiran anaknya.
Setelah mereka menikah, mereka berdua menanam bahan baku makanan di ladang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Xu Dawei sangat baik hati, ia selalu memperlakukan istri dan anaknya dengan baik.
Tetapi Xiuxiu sangat sedih karena tidak bisa memberikan keturunan kepada Dawei.
Tapi, seiring berjalannya waktu, pemikiran itu semakin memudar.
Baginya, yang penting mereka bisa melewati hidup ini dengan baik.
Waktu berlalu sangat cepat, 10 tahun kemudian, Xiuxiu menderita sakit keras.
Tak lama ia pun pergi meninggalkan dunia ini.
Dawei sangat sedih menyaksikan orang kesayangannya telah pergi untuk selamanya.
Hatinya sakit, ia takut kesepian. Jadi ia memberikan seluruh perhatiannya pada Zhangliang.
Dawei bekerja keras untuk memberikan Zhangliang sebuah rumah dan juga memberinya seorang istri yang cantik.
Ia berharap ia bisa segera menggendong cucu dari Zhangliang dan istrinya.
Tapi, tak pernah terbayangkan, setelah menikah, Zhangliang melupakan ayahnya.
Ia menikah dengan seorang perempuan bernama Cuicui.
Cuicui sangat sombong dan egois.
Ia mencurigai Xu Dawei yang sudah tua tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Menurutnya Xu dawei hanya akan menambah beban hidupnya.
Cuicui sering memarahi Xu Dawei. Zhangliang hanya bisa melihat tapi tidak berani membela ayahnya.
Akhirnya, Xu Dawei dengan kemarahannya pergi meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.
>
Setelah meninggalkan rumah, Xu Dawei yang sudah tua dan juga buta huruf kini menjadi pemulung sampah untuk menghidupi dirinya.
Malamnya ia tidur di gua yang gelap.
10 tahun kemudian, Xu Dawei telah mengumpulkan tidak sedikit uang dari hasil memulungnya.
Hidup pun semakin berat.
Usianya yang semakin bertambah, ia pun sangat merindukan putra dan rumahnya.
Karena sudah tidak bisa menahan kerinduannya, ia pun pergi mencari koran dan menulis pengumuman di dalamnya.
Isinya berbunyi:
"Anakku, ayah tinggal di luar selama bertahun-tahun itu sangat merasakan kesepian yang mendalam.
Ingin sekali bertemu denganmu, tapi juga tidak tahu kapan ayah akan pergi meninggalkan dunia ini.
Dalam 10 tahun belakangan ini, aku telah bekerja keras mencari uang yang harus kuberikan untuk siapa?
Anak: Zhangliang Ayah: Xu Dawei"
Ia juga menuliskan alamat tempatnya tinggal.
Benar saja, tidak berapa lama kemudian, anaknya datang beserta cucu dan istrinya dengan penuh semangat.
Ia melihat wajah menantunya, Cuicui, bersinar dan tersenyum padanya.
Tak lama setelah mengikuti mereka pulang, Xu Dawei sakit keras.
Sebenarnya, ia telah mengetahui bahwa tubuhnya memang sudah tidak mampu bertahan lagi.
Jadi, ia pun sengaja ingin menghabiskan waktu bersama anaknya.
Selama 10 tahun ini, Zhangliang dan Cuicui sudah dikaruniai dua orang anak, laki-laki dan perempuan.
Anak sulungnya telah berusia 8 tahun.
Xu Dawei sangat menyayanginya dan ingin hidup lebih lama untuk menemani mereka.
Namun, takdir berkata lain, setelah pulang ke rumah selama 6 bulan, Xu Dawei meninggal.
Setelah ia meninggal, anaknya Zhangliang dan istrinya Cuicui sibuk mencari kartu ATM Xu Dawei.
Akhirnya mereka menemukan sebuah kotak tua dan di dalamnya ditemukan kartu ATM, yang setelah di cek ternyata isi nominalnya membuat mereka tercengang!
Kemana 20 juta rupiah itu? Mengapa hanya ada 1 rupiah? Mereka pun menangis dan masih tidak menyerah.
Mereka bergegas pulang dan mengeluarkan semua barang Xu Dawei.
Dan mereka menemukan sepucuk surat di bawah bantal Xu Dawei.
Setelah dibaca, mereka berdua merasakan penyesalan yang tidak ada habisnya!
Ternyata Xu Dawei hanya ingin anak dan menantunya bisa berubah.
Awalnya, ia memang menyimpan 20 juta rupiah untuk diberikan pada anak dan menantunya.
Teringat pada suatu malam, anak dan menantunya mengira bahwa Xu Dawei telah tertidur.
Mereka pun berbisik. Xu Dawei mendengar kata anaknya:
"Istriku, kita tunggu saja kakek tua itu meninggal.
Setelah dia meninggal, kita segera ambil uangnya dan pergi dari rumah ini. Sekarang kita sedikit bersabar saja."
Istrinya berkata: "kalau bukan karena uang di tabungan itu, aku sudah tidak tahan menunggunya!"
Setelah mendengar percakapan anak dan menantunya, Xu Dawei menangis.
Pada keesokkan harinya, ia menyuruh cucunya untuk memanggil kepala desa.
Untungnya hari itu, anak dan menantunya sedang tidak di rumah.
Xu Dawei pun mempercayakan seluruh uangnya untuk di kirim ke kepala desa dan berkata bahwa uang ini harus digunakan untuk membangun sekolah.
Ia berharap cucu-cucunya dan seluruh anak di desa ini bisa mendapat pendidikan yang layak seperti anak-anak di kota.
3 tahun kemudian, desa itu membangun sebuah sekolah dasar sehingga anak-anak desa tidak perlu lagi jauh-jauh ke kota untuk bersekolah.
0 Comments
EmoticonEmoticon