Curahan hati seorang ibu tentang penyesalan membiar anaknya yang masih berusia 10 bulan main hiasan guci.
Tidak makan apa lagi makeup.
Anak munta belasan kali setiap hari karena persoalan tersebut.
Kebiasaan anak berusia 10 bulan memang sering seperti ini.
Memasukan segala macam benda ke mulutnya.
Kebiasaan itu tentu buruk, tapi tak bisa dihilangkan hanya mengandalkan pengawasan ketat dari orang tua agar anak tak memasukkan benda berbahaya ke dalam mulutnya.
Hal ini terjadi dan dialami oleh ibu satu ini.
Dia tahu bahwa anaknya memegang hiasa guci yang berbentuk bulat di tangannya, tapi dibiarkan.
Walhasil, benda itu tertelan ke dalam tubuh anak lucu ini.
Tidak makan apa lagi makeup.
Anak munta belasan kali setiap hari karena persoalan tersebut.
Kebiasaan anak berusia 10 bulan memang sering seperti ini.
Memasukan segala macam benda ke mulutnya.
Kebiasaan itu tentu buruk, tapi tak bisa dihilangkan hanya mengandalkan pengawasan ketat dari orang tua agar anak tak memasukkan benda berbahaya ke dalam mulutnya.
Hal ini terjadi dan dialami oleh ibu satu ini.
Dia tahu bahwa anaknya memegang hiasa guci yang berbentuk bulat di tangannya, tapi dibiarkan.
Walhasil, benda itu tertelan ke dalam tubuh anak lucu ini.
Berikut ini kisah yang ditulisnya di media sosial seperti dilansir dari laman Eberita.org.
Apa yang saya lalui ini saya berharap tidak terjadi pada bayi lain.
Aku melarang benda ini sejak dulu.
Ok kalau sudah direndam dalam air, tapi kalau benih yang belum direndam itu, tolonglah buang. aku menyesal, sangat menyesal.
Jumat malah anak ak main benda ini.
Tak tahulah dia dapat dari mana.
Dia main petak umpet.
Kemudian benda itu jatuh.
Anak di foto itu namanya Lilly, tapi aku memanggilnya Ica, karena setiap aku panggil dengan nama itu dia selalu menengok sambil tersenyum.
Ica berusia 10 bulan, masih tidak tahu apa-apa dan terobsesia dengan makanan.
Apa yang saya lalui ini saya berharap tidak terjadi pada bayi lain.
Aku melarang benda ini sejak dulu.
Ok kalau sudah direndam dalam air, tapi kalau benih yang belum direndam itu, tolonglah buang. aku menyesal, sangat menyesal.
Jumat malah anak ak main benda ini.
Tak tahulah dia dapat dari mana.
Dia main petak umpet.
Kemudian benda itu jatuh.
Anak di foto itu namanya Lilly, tapi aku memanggilnya Ica, karena setiap aku panggil dengan nama itu dia selalu menengok sambil tersenyum.
Ica berusia 10 bulan, masih tidak tahu apa-apa dan terobsesia dengan makanan.
Mungkin Ica tahunya benda itu makanan, lalu dimakannya.
Tapi ternyata Ica sudah memakan benda itu tanpa sepengetahuan aku.
Aku sangat peka terhadap kondisi anak.
Kalau terlihat ada yang negatif aku cepat bawa dia ke rumah sakit.
Efek dari menelan benda ini terbilang cepat.
Dua jam kemudian Ica muntah-muntah.
Aku tidak ragu lagi kalau itu karena menelan benda tersebut.
Aku ingat Ica muntah dahak, tiga kali dia munta di malam jumat itu.
Hari sabru, aku pergi ke dokter spesialis.
Aku bangun pagi, tapi dokter tutup.
Hari itu Ica muntah delapan kali.
Tapi ternyata Ica sudah memakan benda itu tanpa sepengetahuan aku.
Aku sangat peka terhadap kondisi anak.
Kalau terlihat ada yang negatif aku cepat bawa dia ke rumah sakit.
Efek dari menelan benda ini terbilang cepat.
Dua jam kemudian Ica muntah-muntah.
Aku tidak ragu lagi kalau itu karena menelan benda tersebut.
Aku ingat Ica muntah dahak, tiga kali dia munta di malam jumat itu.
Hari sabru, aku pergi ke dokter spesialis.
Aku bangun pagi, tapi dokter tutup.
Hari itu Ica muntah delapan kali.
Aku pergi ke klinik lain, dokter kasih obat demam dan penahan muntah.
Dokter bilang Ica keracunan makanan.
Hari minggu pagi aku pergi ke dokter lain.
Pagi itu sebelum jam 12 Ica muntah lima kali.
Dokter tetap beri obat demam dan penahan muntah dengan diagnosis yang sama.
"Kasih satu kali saja sudah cukup, kalau masih muntah segera bawa ke rumah sakit," kata dokter.
Aku kasih obat itu ke Ica, dalam waktu tiga jam, sampai jam 3 sore, Ica muntah lebih dari enam kali (tidak termasuk Minggu pagi itu).
Langsung aku bawa Ica ke rumah sakit anak.
Aku tidak mampu bilang ke dokter kalau Ica makan benih itu.
Minggu malam hati ku meronta bagai menjerit.
Kalau bisa aku ingin sekali telepon dokter yang menangani Ica dan beritahu bahwa Ica termakan benda ini.
Ica sudah muntah hijau.
Hari minggu lebih dari 25 kali Ica muntah.
Sabtu minggu Ica tidak makan.
Malam Minggu itu, Ica sangat lemah.
Aku nekad beritahu pada perawat apa kata hati.
Dia beri Ica obat tahan sakit dengan antibiotik.
Ica tidur tapi sebentar-sebentar bangun.
Aku ingat lagi, Minggu sore itu, dokter bilang sudah kasih obat muntah paling kuat tetapi kenapa Ica muntah lagi?
Hari Senin jam 8 pagi, dokter datang.
Aku cerita semua pada dokter, padahal dokter datang itu, aku baru bangun tidur karena sangat letih sudah beberapa hari tidur cuma beberapa jam.
aku tetap nak beritahu dokter yang Ica sebenarnya tertelan benda itu.
Dia suruh pergi buat x-ray, scan apa semua dan memang nampak usus Ica bulat.
Usus dia tersumbat sebab ada benda sedang mengembang dalam usus dia.
Allahuakbar, lemas lutut aku.
Tidak ada waktu untuk cari bahu untuk menangis.
Aku gagahkan juga senyum depan Ica.
Dia menangis sambil tangan dia mengapai-gapai tangan aku.
Aku peluk dan berbisik pada dia, "Ica harus kuat, soalnya ibu sudahy tidak kuat".
Dari hasil tersebut, dokter merujuk Ica ke Rumah Sakit Sultan Ismail (HSI).
Di rumah sakit itu Ica dioperasi.
Selama 2 jam 30 menit aku tak beranjak dari depan ruang operasi.
Dokter panggil dan menyatalan operasi berhasil, kondisi Ica stabil.
Cuma sekarang dia tidur, belum bangun lagi.
Bola itu menyerap air, bila kena air dia mengembang dan akan pecah bila dipencet.
Tapi yang ini keras padat dan semakin membesar.
Seperti itu cerita yang curahkan oleh ibu tersebut.
semoga bermanfaat dan bisa intropeksi diri!
Dokter bilang Ica keracunan makanan.
Hari minggu pagi aku pergi ke dokter lain.
Pagi itu sebelum jam 12 Ica muntah lima kali.
Dokter tetap beri obat demam dan penahan muntah dengan diagnosis yang sama.
"Kasih satu kali saja sudah cukup, kalau masih muntah segera bawa ke rumah sakit," kata dokter.
Aku kasih obat itu ke Ica, dalam waktu tiga jam, sampai jam 3 sore, Ica muntah lebih dari enam kali (tidak termasuk Minggu pagi itu).
Langsung aku bawa Ica ke rumah sakit anak.
Aku tidak mampu bilang ke dokter kalau Ica makan benih itu.
Minggu malam hati ku meronta bagai menjerit.
Kalau bisa aku ingin sekali telepon dokter yang menangani Ica dan beritahu bahwa Ica termakan benda ini.
Ica sudah muntah hijau.
Hari minggu lebih dari 25 kali Ica muntah.
Sabtu minggu Ica tidak makan.
Malam Minggu itu, Ica sangat lemah.
Aku nekad beritahu pada perawat apa kata hati.
Dia beri Ica obat tahan sakit dengan antibiotik.
Ica tidur tapi sebentar-sebentar bangun.
Aku ingat lagi, Minggu sore itu, dokter bilang sudah kasih obat muntah paling kuat tetapi kenapa Ica muntah lagi?
Hari Senin jam 8 pagi, dokter datang.
Aku cerita semua pada dokter, padahal dokter datang itu, aku baru bangun tidur karena sangat letih sudah beberapa hari tidur cuma beberapa jam.
aku tetap nak beritahu dokter yang Ica sebenarnya tertelan benda itu.
Dia suruh pergi buat x-ray, scan apa semua dan memang nampak usus Ica bulat.
Usus dia tersumbat sebab ada benda sedang mengembang dalam usus dia.
Allahuakbar, lemas lutut aku.
Tidak ada waktu untuk cari bahu untuk menangis.
Aku gagahkan juga senyum depan Ica.
Dia menangis sambil tangan dia mengapai-gapai tangan aku.
Aku peluk dan berbisik pada dia, "Ica harus kuat, soalnya ibu sudahy tidak kuat".
Dari hasil tersebut, dokter merujuk Ica ke Rumah Sakit Sultan Ismail (HSI).
Di rumah sakit itu Ica dioperasi.
Selama 2 jam 30 menit aku tak beranjak dari depan ruang operasi.
Dokter panggil dan menyatalan operasi berhasil, kondisi Ica stabil.
Cuma sekarang dia tidur, belum bangun lagi.
Bola itu menyerap air, bila kena air dia mengembang dan akan pecah bila dipencet.
Tapi yang ini keras padat dan semakin membesar.
Seperti itu cerita yang curahkan oleh ibu tersebut.
semoga bermanfaat dan bisa intropeksi diri!
0 Comments
EmoticonEmoticon