Lewat Selembar Kertas, Ini Ungkapan Sedih Ibu yang Dianggap Menista Agama


Ungkapan hati terdakwa kasus penista agama Meliana, diolah dari detik.com

Inilah hukum, yang salah harus menerima hukumannya! Namun, dibalik sebuah hukuman tak jarang ada hal yang menyayat hati nurani.

Salah satunya kasus Meiliana yang divonis 18 bulan penjara akibat dianggap menista agama.

Lewat selembar kertas, meiliana mengungkapkan isi hatinya yang bikin ibu lain menangis.

Meiliana divonis 18 bulan penjara karena dianggap menista agama akibat mengeluhkan volume suara azan. Saat sidang, Meiliana sempat menyampaikan pleidoi lewat selembar kertas.

Pengacara Meiliana, Ranto Sibarani, menunjukkan selembar kertas dengan tulisan tangan Meiliana. Saat sidang dengan agenda pleidoi pada 13 Agustus 2018 itu, Meiliana membaca pembelaannya sambil menangis.

Perempuan asal Tanjung Balai, Sumatera Utara, itu mengaku sedih semenjak ditahan karena jauh dari keluarga dan anak.

Atas penahanan itu, Meiliana bersama suaminya tak bisa lagi mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarganya.

Bukan itu saja. Meiliana bersama anak-anaknya mengalami trauma. Mereka jadi takut dengan keramaian.

Dalam pleidoi itu, Meiliana mengaku tidak bermaksud melakukan penistaan agama karena juga punya saudara beragama Islam. Dia juga mengaku hanya bicara spontan kepada saudaranya.

"Saya tidak bersalah karena saya tidak pernah melakukan itu. Saya hanya berbicara spontan saja pada teman saya, Kak Uwok. Tidak ada maksud menjelek-jelekkan agama orang lain karena saudara saya pun ada yang beragama Islam," demikian penggalan pleidoi Meiliana.

Berikut ini pleidoi yang ditulis Meiliana di selembar kertas:



BACA JUGA: Wanita Ini Divonis 18 Bulan Penjara Karena Protes Volume Azan, Begini Kronologi Kejadian

PN Medan, 13-8-2018

Saya Meiliana. Semenjak di rutan/lapas, saya merasa sedih karena meninggalkan anak-anak saya dan keluarga.

Semenjak saya ditahan, saya kehilangan pekerjaan dan pendapatan untuk anak-anak saya dan di kota Medan saya tidak bisa bekerja dan di rumah saja. Dan suami saya pun sama-sama tidak bisa bekerja seperti biasa karena di kota Medan tidak ada yang bisa kami kerjakan. Dan saya pun merasakan ketakutan setiap saat dan anak-anak saya pun merasakan ketakutan asal ada keramaian dan sampai sekarang masih trauma.

Sampai sekarang saya masih takut dan sekarang masih menanti tuntutan jaksa. Takut atau sedih karena saya tidak bersalah. 

Saya tidak bersalah karena saya tidak pernah melakukan itu. Saya hanya berbicara spontan saja pada teman saya Kak Uwok. Tidak ada maksud menjelek-jelekkan agama orang lain karena saudara saya pun ada yang beragama Islam. Itu adalah bagian dari saya.

Harapan saya ingin bebas

Terima kasih
Meiliana
Warga Negara Indonesia
Menanti tuntutan jaksa

Untuk diketahui, Meiliana divonis 18 bulan karena mengeluhkan volume suara azan di masjid sekitar rumahnya pada tahun 2016. Bahkan rumah Meiliana sempat dirusak warga.

Pascavonis, dukungan mengalir ke Meiliana dari sipil maupun politikus. Bahkan ada puluhan ribu orang berpartisipasi lewat petisi di situs change.org yang meminta Meiliana dibebaskan.

Terkait hal ini juga, Komisi Yudisial (KY) yang diberi kewenangan oleh UUD 1945 untuk mengawasi hakim, menyesalkan putusan itu.

Hakim diminta memperhatikan rasa keadilan di masyarakat. Meski begitu, KY mengimbau semua pihak menghormati proses dan putusan hakim.

0 Comments


EmoticonEmoticon