Ahmed Deedat, Ulama yang Membuat Vatikan Terdiam



Ahmed Deedat memulai perdebatan keagamaan setelah dia membaca buku /Izhar ul-Haqq (Kebenaran Terungkap) yang ditulis oleh Syekh Kairanawi.

Buku yang berisi upaya misionaris Kristen di India itu memiliki efek mendalam bagi Deedat. Dia mulai membeli Alkitab dan berdiskusi dengan para misionaris.

Deedat menghadiri kelas studi Islam seorang mualaf lokal bernama Mr Fairfax. Berkat kecerdasan Deedat, Fairfax menawarkannya mengajar pada sesi tambahan tentang Alkitab dan bagaimana berdialog dengan Kristen. Deedat mengajar selama tiga tahun tanpa melalui proses pembelajaran yang akademis.

Pada 1942 merupakan awal pekerjaan Deedat sebagai misionaris. Kuliah pertama Deedat, berjudul "Muhammad: Messenger of Peace", disampaikan pada 1942 kepada audiensi yang berjumlah 15 orang di sebuah bioskop Durban, Avalon Cinema.

Deedat juga menjadi pemandu wisata dari Masjid Jumma di Durban. Masjid Jumma dibuka untuk turis. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan, panitia menyediakan makan siang dan dapat berdiskusi tentang Islam.

Deedat yang menjadi salah satu pemandu memperkenalkan Islam kepada wisatawan. Khususnya, terkait hubungan Islam dan Kristen.

Pada awal 1980-an karya Ahmed Deedat mulai dikenal di luar Afrika Selatan. Dia semakin dikenal di dunia internasional pada 1986, yakni saat menerima penghargaan dari Raja Faisal atas jasanya di bidang dakwah Islam. Penghargaan ini membuat Deedat langsung melakukan tur sebagai pembicara di beberapa negara. Saat itu, usianya 66 tahun.

Deedat mengunjungi Arab Saudi dan Mesir, Inggris Raya (1985 dan 1988), serta Swiss (pada 1987). Dia juga mendatangi Pakistan dan bertemu Zia al-Haq.

Kunjungan ke AS dilakukan pada akhir 1986. Di AS, Deedat berdebat publik Swaggart, Robert Douglas, dan menyampaikan perkuliahan, termasuk di Arizona.

Pada 1994 Deedat kembali mendatangi AS dan Kanada. Dia mengisi kuliah di Chicago. Sedangkan, Swedia dan Denmark didatangi pada akhir 1991 dan menghadiri tiga debat publik. Australia adalah negara terakhir yang dikunjunginya pada awal 1996.

Ahmad Deedat pernah mengirimkan surat kepada Paus di Vatikan untuk memberikan pencerahan. Tapi hingga akhir hayatnya, Vatikan tidak pernah meresponnya.(republika)

0 Comments


EmoticonEmoticon