Catatan Asep Haryono
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya di penghujung tahun 2016 yang lalu, saya berkesempatan menghadiri undangan resepsi pernikahan sahabat saya mba Tresnowati SE dengan pria pujaan hatinya mas Kurniawan Pratowo SH bertempat di Hotel Mahkota Jalan Sidas Pontianak. Mba Wati , demikian sapaan untuk dirinya. Saya cukup mengenal beliau saat saya masih tercatat sebagai pegawai di Pontianak Post. Beliau adalah manager keuangan dan wakil direktur di perusahaan tersebut.
Haruskah Mendapat Undangan Resmi
Undangannya sendiri saya terima melalui pesan singkat di WA. "Datang ya jangan lupa acara akad dan resepsinya di Hotel Mahkota , soalnya undangannya nda tau harus dikirim kemana" demikian isi pesan WA nya kepada saya di suatu hari. Sekarang sudah eranya paperless jadi untuk mengirim undangan cukup dengan mengirimkannya melalui pesan singkat baik melalui BBM , WA , Email atau bahkan SMS saja sudah lebih dari cukup bagi saya.
Beberapa teman saya masih "konservartif" harus ada undangan terlebih dahulu sampai ditangannya sebagai tanda invited (diundang). Jadi jika tidak menerima (tidak mendapat) undangan resmi hitam di atas putih tidak mau datang. Well. Saya serahkan kepada para pembaca sekalian untuk menilainya dari sudut pandang masing masing.
Dalam pandangan saya sih tergantung seberapa dekat (hubungan emosional) dengan sahabat kita itu. Kalau sudah dianggap "teman ngopi" atau "kawan kumpul" sudah seperti saudara, datang saja walaupun tidak menerima undangan resmi.
Bisa saja si pemlik hajat terlupa atau tidak sempat atau tidak tau kemana lagi harus mengirim (undangannya). Namun jika tingkat kedekatannya jauh atau bahkan kurang dikenal akrab apalagi public figure, undangan adalah sesuatu yang harus mendapat perhatian tersendiri.
Undangan kerap ditanyakan oleh panitia pelaksana atau team yang sudah ditunjuk untuk itu. Hal ini kerap menjadi perhatian bagi si pemlik hajat. Bahkan mereka mempublish undangannya melalui sosial media atau media cetak untuk bisa hadir di acaranya. Namun untuk yang satu ini sangat jarang saya lihat.
Senang Bisa "REUNI"
Dalam acara resepsi pernikahan sahabat saya mba Wati ini, saya datang seorang diri. Sebenarnya saya sudah mengajak anak anak dan istri namun entah kenapa pada hari itu semuanya "sibuk" dengan jadual kegiatannya masing masing.
Setelah mendapat "izin" dari keluarga, bergegaslah saya langsung menuju acara resepsi pernikahan sahabat saya itu sekitar pukul 17.00 WIB. Tidak lama memang saya hadir di acara sahabat saya itu, karena waktu sudah mendekati waktu masuknya Sholat Magrib.
Dan memang kesempatan itu tidak saya sia siakan. Artinya saya sudah berhitung yang datang di acara resepsi ini memang keluarga besar Pontianak Post yang sudah saya kenal cukup baik selama 13 tahun lebih saat saya masih bekerja di perusahaan yang pernah digawangi oleh mantan Menteri BUMN di eranya Presiden SBY yakni Bapak Dahlan Iskan.
Saya sendiri sudah dua kali bertemu dengan pak Dahlan Iskan, Yang terakhir adalah saat acara Business Gathering dan Dialog bertema "Peran BUMN dalam Membangun Bangsa Indonesia" di Hotel Aston Pontianak tanggal 27 Oktober 2013 yang lalu.
Beberapa orang rekan saya saat saya masih bekerja di Pontianak Post yang berhasil saya temui antara lain Wahyu Ismir (wartawan), Dede (Staff Human Resource Development-HRD) , Hendro "vespa" Wastuardi (Koordinator Percetakan Pariwara), dan Bung Syafarudin Usman MHD.
Nama yang saya sebut terakhir ini adalah sejarawan, tokoh sejarah kondang yang penah dimiliki oleh Kalimantan Barat. Karya bukunya yang fenomenal mengenai History of the cruelty of Japanese occupation in Kalimantan Barat Province atau sejarah kekejaman bala tentara pendudukan Jepang di Kalimantan Barat tepatnya di daerah Mandor berdarah yang berkali kali ditayangkan di berbagai media cetak dan elektronik nasional.
Saya secara pribadi cukup baik mengenal beliau saat kita kita tergabung dalam reporter MIUN (Mimbar Untan- koran kampus Universitas Tanjungpura Pontianak) di era tahun 1990 an yang lalu. Sudah lama memang. Saya sangat beruntung bisa "reuni" dengan Bung Syaf (Sapaan akrab beliau), dan juga berjumpa dengan kawan kawan seperjuangan saya dahulu saat saya masih jadi pegawai di koran Pontianak Post tersebut. Semoga silaturahmi kita semuanya tetap baik dan terjaga sepanjang masa.
Sebagai penutup, saya sekeluarga mengucapkan selamat menempuh hidup baru buat mba Tresnowati SE dan mas Kurniawan Pratowo SH. Semoga menjadi keluarga yang Sakinah Mawahdah dan Warrohmah. Barakallah. Aamin Ya Rabbal Alamiin. (Asep Haryono)
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya di penghujung tahun 2016 yang lalu, saya berkesempatan menghadiri undangan resepsi pernikahan sahabat saya mba Tresnowati SE dengan pria pujaan hatinya mas Kurniawan Pratowo SH bertempat di Hotel Mahkota Jalan Sidas Pontianak. Mba Wati , demikian sapaan untuk dirinya. Saya cukup mengenal beliau saat saya masih tercatat sebagai pegawai di Pontianak Post. Beliau adalah manager keuangan dan wakil direktur di perusahaan tersebut.
Haruskah Mendapat Undangan Resmi
Undangannya sendiri saya terima melalui pesan singkat di WA. "Datang ya jangan lupa acara akad dan resepsinya di Hotel Mahkota , soalnya undangannya nda tau harus dikirim kemana" demikian isi pesan WA nya kepada saya di suatu hari. Sekarang sudah eranya paperless jadi untuk mengirim undangan cukup dengan mengirimkannya melalui pesan singkat baik melalui BBM , WA , Email atau bahkan SMS saja sudah lebih dari cukup bagi saya.
Beberapa teman saya masih "konservartif" harus ada undangan terlebih dahulu sampai ditangannya sebagai tanda invited (diundang). Jadi jika tidak menerima (tidak mendapat) undangan resmi hitam di atas putih tidak mau datang. Well. Saya serahkan kepada para pembaca sekalian untuk menilainya dari sudut pandang masing masing.
Dalam pandangan saya sih tergantung seberapa dekat (hubungan emosional) dengan sahabat kita itu. Kalau sudah dianggap "teman ngopi" atau "kawan kumpul" sudah seperti saudara, datang saja walaupun tidak menerima undangan resmi.
Bisa saja si pemlik hajat terlupa atau tidak sempat atau tidak tau kemana lagi harus mengirim (undangannya). Namun jika tingkat kedekatannya jauh atau bahkan kurang dikenal akrab apalagi public figure, undangan adalah sesuatu yang harus mendapat perhatian tersendiri.
Undangan kerap ditanyakan oleh panitia pelaksana atau team yang sudah ditunjuk untuk itu. Hal ini kerap menjadi perhatian bagi si pemlik hajat. Bahkan mereka mempublish undangannya melalui sosial media atau media cetak untuk bisa hadir di acaranya. Namun untuk yang satu ini sangat jarang saya lihat.
Senang Bisa "REUNI"
Dalam acara resepsi pernikahan sahabat saya mba Wati ini, saya datang seorang diri. Sebenarnya saya sudah mengajak anak anak dan istri namun entah kenapa pada hari itu semuanya "sibuk" dengan jadual kegiatannya masing masing.
Setelah mendapat "izin" dari keluarga, bergegaslah saya langsung menuju acara resepsi pernikahan sahabat saya itu sekitar pukul 17.00 WIB. Tidak lama memang saya hadir di acara sahabat saya itu, karena waktu sudah mendekati waktu masuknya Sholat Magrib.
Dan memang kesempatan itu tidak saya sia siakan. Artinya saya sudah berhitung yang datang di acara resepsi ini memang keluarga besar Pontianak Post yang sudah saya kenal cukup baik selama 13 tahun lebih saat saya masih bekerja di perusahaan yang pernah digawangi oleh mantan Menteri BUMN di eranya Presiden SBY yakni Bapak Dahlan Iskan.
Saya sendiri sudah dua kali bertemu dengan pak Dahlan Iskan, Yang terakhir adalah saat acara Business Gathering dan Dialog bertema "Peran BUMN dalam Membangun Bangsa Indonesia" di Hotel Aston Pontianak tanggal 27 Oktober 2013 yang lalu.
Beberapa orang rekan saya saat saya masih bekerja di Pontianak Post yang berhasil saya temui antara lain Wahyu Ismir (wartawan), Dede (Staff Human Resource Development-HRD) , Hendro "vespa" Wastuardi (Koordinator Percetakan Pariwara), dan Bung Syafarudin Usman MHD.
Nama yang saya sebut terakhir ini adalah sejarawan, tokoh sejarah kondang yang penah dimiliki oleh Kalimantan Barat. Karya bukunya yang fenomenal mengenai History of the cruelty of Japanese occupation in Kalimantan Barat Province atau sejarah kekejaman bala tentara pendudukan Jepang di Kalimantan Barat tepatnya di daerah Mandor berdarah yang berkali kali ditayangkan di berbagai media cetak dan elektronik nasional.
Saya secara pribadi cukup baik mengenal beliau saat kita kita tergabung dalam reporter MIUN (Mimbar Untan- koran kampus Universitas Tanjungpura Pontianak) di era tahun 1990 an yang lalu. Sudah lama memang. Saya sangat beruntung bisa "reuni" dengan Bung Syaf (Sapaan akrab beliau), dan juga berjumpa dengan kawan kawan seperjuangan saya dahulu saat saya masih jadi pegawai di koran Pontianak Post tersebut. Semoga silaturahmi kita semuanya tetap baik dan terjaga sepanjang masa.
Sebagai penutup, saya sekeluarga mengucapkan selamat menempuh hidup baru buat mba Tresnowati SE dan mas Kurniawan Pratowo SH. Semoga menjadi keluarga yang Sakinah Mawahdah dan Warrohmah. Barakallah. Aamin Ya Rabbal Alamiin. (Asep Haryono)
![]() |
INDAH : Berbagai hiasan ucapan yang indah ditujukan kepada mempelai yang berbahagia termasuk dari rekan almater kampus. Foto Asep Haryono |
![]() |
BAKSO : Berbagai hidangan yang menggugah selera bisa dipilih oleh para pengunjung. Ini adalah hidangan berkuah : Bakso. Foto Asep Haryono |
![]() |
HIDANGAN : Berbagai hidangan yang menggugah selera bisa dipilih oleh para pengunjung. Ini adalah menu nasi komplit. Foto Asep Haryono |
![]() |
ZUPPA SOUP : Salah satu kuliner yang saya sukai Zuppa Soup ternyata ada juga disajikan di acara ini. Wow. Suka banged. Foto Asep Haryono |
![]() |
REUNI : Bersama penulis/sejarawan Kalimantan Barat, Bung Syafarudin Usman MHD, rekan saya saat masih jadi reporter Mimba Untan di era 90 yang lalu.Foto Asep Haryono |
![]() |
VESPA : Ini adalah Hendro Wastuardi. Rekan saya saat saya masih di Pontianak Post. Beliau paham soal VESPA dan pernak perniknya. Foto Asep Haryono |
![]() |
WAHYU : Inilah Wahyu Ismir Jartha Kusuma. Rekan saya dulu di Pontianak Post. Karya tulis jurnalistiknya juara I dalam Dahlan Iskan Award 2012 . Foto Asep Haryono |
![]() |
HRD : Bersama Dede. Urusan administrasi pegawai, absensi, dan urusan HRD bisa bersama dengan bapak Dede yang murah senyum ini. Foto Asep Haryono |
0 Comments
EmoticonEmoticon