Said Aqil Adukan HTI, FPI dan MTA ke Kapolri


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengadukan tiga ormas Islam nasional kepada Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Tiga ormas Islam yang diadukan Said itu adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Tafsir Alquran (MTA).

Untuk HTI, Said Aqil meminta supaya Polri mengawasi gerakan tersebut yang dia nilai kerap mengampanyekan antinasionalisme. Ia juga mempertanyakan HTI yang masih bergerak dengan bebas di Indonesia.

"Gerakan tersebut saat ini masih kecil dan lemah, tetapi jika tidak diantisipasi lebih dini bisa mengancam keutuhan bangsa," kata Said Aqil seperti dikutip Antaranews.com.

Mengenai Front Pembela Islam (FPI), Said Aqil mengatakan, gerakan ini bukan gerakan Islam radikal yang ingin mendirikan negara Islam, tetapi misinya ingin menjalankan "amar makruf nahi munkar" (menyeru pada kebaikan dan mencegah kejahatan).

"Sayangnya apa yang dilakukan tidak terkoordinasi dengan aparat keamanan. Jadinya malah merusak citra Islam yang damai," kata Said yang seolah-olah tahu persis aktivitas FPI secara utuh.

Sedangkan untuk MTA, dalam kesempatan itu, Kapolri meminta pandangan PBNU tentang MTA yang baru-baru ini bertemu dengannya. Tito meminta penjelasan tentang kasus bentrokan antara Banser dan MTA baru-baru ini di Boyolali, Jawa Tengah.

Atas pertanyaan ini Said Aqil menjawab, ajaran MTA banyak yang membid'ah-bid'ahkan amaliah NU, salah satunya mengharamkan tahlil. "Berbeda itu biasa, tetapi kalau sampai menyalah-nyalahkan amaliah orang lain, itu yang tidak benar," katanya.

Sementara Ketua PBNU Robikin MH menambahkan, kelompok MTA sebelumnya sudah diingatkan untuk tidak melakukan provokasi di lingkungan warga NU, tetapi mereka tetap memaksa.

"Yang dilakukan Banser hanya upaya penghadangan saja, sampai akhirnya terjadi bentrokan kecil," klaim dia membela diri.

Kapolri mengatakan, Polri sebagai elemen pemerintah dan NU sebagai salah satu pendiri bangsa akan terus menjalin hubungan dan kerja sama, terutama menyangkut masalah keumatan dan kebangsaan.

"Setelah beberapa kali ke sini (PBNU), kami akan merealisasikan pertemuan ini dengan melakukan MoU dan menggelar seminar di Surabaya tentang hukum," kata Tito.

0 Comments


EmoticonEmoticon