Asiah adalah istri dari seorang si raja kejam, Fir'aun. Setiap ada perintah ia harus saja menuruti apa kata perintah fir'aun. Namun suatu saat ternyata Asiah masuk islam. Sehingga Fir'aun marah besar dan langsung menyiksanya.
Image from google.com
Suatu ketika, Fir’aun mengetahui juga bahwa istrinya, Asiah, telah beriman kepada bekas anak angkat mereka yang kini menjadi Rasul Allah. Fir’aun curiga, jangan-jangan inilah anak laki-laki Bani Israil yang akan menghancurkan dia dan kerajaannya. Mengingat hal ini, semakin memuncaklah kemarahannya, lebih-lebih terhadap istrinya, Asiah, seperti yang dilansir oleh ruangmuslimah.com
Fir’aun menganggap istrinya itulah yang menjadi biang keladi semua ini. Kalau dahulu dia membiarkan Fir’aun membunuh bayi itu, tentu tidak begini jadinya.
Baca juga : Naudzubillah, 4 Golongan ini Akan Langsung Ditarik ke Neraka oleh Wanita Disekitarnya Cuma Gara-Gara Hal ini
Kemurkaan dan dendam Fir’aun semakin memuncak, lebih-lebih setelah mengetahui bahwa istrinya, Asiah bintu Muzahim, benar-benar sudah beriman kepada bekas anak angkatnya, Musa bin ‘Imran ‘alaihissalam. Akhirnya, setiap hari Asiah dijemur di bawah terik matahari. Namun, setiap kali dia ditinggal sendirian oleh Fir’aun, para malaikat datang menaunginya dengan sayap-sayap mereka.
Bosan dengan satu jenis siksaan, Fir’aun memerintahkan prajuritnya mencari batu besar untuk dilemparkan ke tubuh Asiah yang sedang dijemur.
“Tanyai dia! Kalau dia tetap beriman, lemparkan batu itu ke tubuhnya. Kalau dia menarik ucapannya, dia tetap sebagai istriku.”
Ternyata, Asiah tetap berpegang pada keimanannya. Fir’aun dan beberapa pembesarnya melihat ke arahnya yang tersenyum. Mereka pun terheran-heran, “Sudah gila dia rupa-rupanya. Kita siksa dia dengan hebat, dia malah tersenyum.”
Ahli tafsir menyebutkan bahwa Asiah tersenyum karena doanya dikabulkan oleh Allah ﷻ
Sebuah rumah dari permata putih sudah disediakan untuknya di dalam surga. Allah ﷻ menyelamatkannya dari keganasan Fir’aun dan tentaranya. Allah ﷻ mencabut ruhnya, menyelamatkannya dari kekejaman Fir’aun.
Batu besar yang disiapkan untuk meremukkan tubuh Asiah akhirnya dilemparkan juga, tetapi hanya menimpa seonggok jasad yang sudah kaku. Ruh wanita yang mulia ini telah sampai di sisi Khaliqnya.
Keimanan Asiah dan keberadaannya bersama Fir’aun menjadi ibrah bagi kaum wanita yang datang sesudahnya. Asiah hidup di atas keimanan yang sempurna, keteguhan yang utuh, dan selamat dari ujian. Oleh karena itu, sangatlah pantas Rasulullah ﷺ menyebutkan dalam sabda beliau,
كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ؛ وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
Allah ﷻ berfirman mengabadikan kisahnya sebagai sebuah contoh nyata bagi orang-orang yang beriman,
وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱمۡرَأَتَ فِرۡعَوۡنَ إِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ٱبۡنِ لِي عِندَكَ بَيۡتٗا فِي ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِي مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ١١
“Allahﷻ menjadikan istri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, ‘Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (At–Tahrim: 11)
Demikianlah perumpamaan yang dibuat oleh Allah ﷻ untuk orang-orang yang beriman, bahwa hubungan keluarga atau kekerabatan dengan orang-orang kafir tidak memudaratkan mereka, tidak mengurangi pahala mereka, dan tidak merusak kedekatan mereka kepada Allahﷻ selama mereka menjalankan kewajiban mereka.
Kedudukan Asiah di sisi Allah ﷻ tidak berubah meskipun dia adalah istri musuh-Nya yang paling berani mengucapkan kata-kata yang sangat buruk.
Baca juga : Jangan Sampai Terlewatkan, Lakukan 5 Amalan ini Saat Mendengar Adzan
Dari kisah ini kita dapat memetik beberapa hikmah, di antaranya sebagai berikut.
Tidak dapat diingkari bahwa al-Qur’anul Karim memberikan banyak perumpamaan dalam membimbing manusia. Akan tetapi, perumpamaan-perumpamaan tersebut tidak dapat dimengerti selain oleh orang-orang yang berilmu.
Perumpamaan yang dipaparkan oleh Allah ﷻ dalam surat at-Tahrim ini telah memberikan pengaruh yang luar biasa, yang terlihat nyata dalam kehidupan dua ibunda orang-orang yang beriman, yaitu ‘Aisyah dan Hafshah, serta yang lainnya.
Kejahatan dan kezaliman Fir’aun tidak menghalangi Asiah untuk mengatakan, “Aku beriman kepada Rabb Musa dan Harun (yaitu Allahﷻ) Keimanan yang meresap ke dalam hati Asiah adalah keimanan yang sejati, tidak goyah oleh terpaan badai dan godaan atau cobaan apa pun.
Hal ini terlihat ketika dia dengan tabah menerima siksaan dari suaminya sendiri. Asiah tidak meminta keringanan, tetapi berdoa kepada Allahﷻ agar dibuatkan rumah untuknya di dalam surga.
Jangan sampai karena alasan kondisi kita mengorbankan keimanan kita, mengorbankan aqidah kita. Marilah kita teladani Asiyah binti Muzahim dalam mempertahankan iman. Jangan sampai bujuk rayu setan dan bala tentaranya menggoyahkan keyakinan kita.
Janganlah penilaian manusia dijadikan ukuran, tapi jadikan penilaian Allah sebagai tujuan. Apapun keadaan yang menghimpit kita, seberat apapun situasinya, hendaknya ridha Allah lebih utama. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan surga tertinggi yang penuh kenikmatan.
Demikian kisah Siti Asiah. Semoga muslimah sekalian bisa mengambil hikmah dan mengikuti jejaknya, meninggal dalam keadaan teguh menggenggam “Tauhid.”
Wallahu a’lam.
0 Comments
EmoticonEmoticon