buya hamka via satumedia.net
Bertanya-tanya mengenai sosok Buya Hamka, ada tiga hal penting dalam petuahnya lho. Tiga hal tersebut apa saja ya? Yuk simak penjelasannya.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Buya Hamka adalah seorang ulama, mufasir, sastrawan, sejarawan, sekaligus politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Buya Hamka juga seorang pembelajar yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Di antara beberapa karyanya adalah Tafsir Al-Azhar, Tasawuf Modern, Tenggelamnya Kapal Vander Wijck, dan Di Bawah Lindungan Ka’bah.
Buya Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia.
Pria kelahiran desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 ini meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun.
Baca Juga : Kisah Para Nabi dan Rasul Beserta Mukjizatnya
Selain banyak pesan tersirat dan tersurat dalam semua karya-karyanya, ada seuntai kalimat petuah dari Buya Hamka yang patut kita renungkan. Menurutnya, “Umur manusia yang singkat ini bisa dipanjangkan dengan Sebutan, dengan Amal dan Bekas Tangan.” Apa maksudnya?
Berikut sekilas penjelasannya.
1. Sebutan
ilustrasi buya hamka via gema.uhamka.ac.id
Sebutan demikian yang dimaksud memanjangkan umur, meskipun dia telah tiada tapi sebutan itu akan terus ada dan mungkin sebutan itu, lebih lama bertahan (panjang) dari pada umurnya semasa hidupnya. Sebutan seseorang akan terus melekat, sebutan baik akan dikenal baik dan mendapat kebaikan, sementara sebutan yang buruk akan mencerminkan keburukan dari orang-orang buruk.
2. Amal
ilustrasi buya hamka via ardinal.net
Amal adalah perilaku, akhlak budi pekerti, etika terhadap lingkungan sosial dan kepada siapa saja. Perilaku manusia ibarat sebuah paku yang telah ditancapkan ke sebuah kayu, jika paku tersebut dicabut maka akan meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan. Selamanya akan menjadi bekas dan butuh bertahun-tahun dan bahkan puluhan tahun untuk melupakannya.
Perilaku baik terhadap sesama akan dikenang dan mendapat kebaikan pula, seperti doa dan lain sebagainya. Sementara perilaku buruk akan meninggalkan bekas yang buruk dan akan menjadi kenangan pahit bagi setiap yang ditinggalkan. Banyak orang-orang sedih karena kehilangan orang-orang yang baik budi pekertinya, tapi sebaliknya banyak pula orang-orang bersyukur dengan kehilangan orang-orang jahat, karena selalu merugikan yang lainnya. Seperti sebuah syair dari penyair Arab, Sauqi :
ولدتك امك يا ابن ادم باكيا والناس حولك يضحكون سرورا تجهد لنفسك ان تكون اذا بكو في يوم موتك ضاحكا مسرورا
“Ketika engkau dilahirkan ibumu wahai anak adam, kau menangis dan orang-orang di sekitarmu tertawa senang. Bersungguh-sungguhlah untuk hidupmu sehingga mereka menangis saat engkau meninggal dunia, sementara kau tertawa senang.”
3. Bekas Tangan
ilustrasi buya hamka via gema.uhamka.ac.id
Membangun kesuksesan diri sendiri semasa hidup merupakan ambisi setiap orang dan itu menjadi hal yang lumrah, karena semua orang memiliki motivasi masing-masing. Sementara orang-orang yang berpikir untuk kelangsungan masa depan dan anak cucu selanjutnya sangat sedikit.
Mengajarkan orang lain dengan lisan akan berakhir dengan berakhirnya jatah kehidupan, sementara mengajarkan orang lain dengan tulisan akan tetap abadi selama masih ada pembaca yang membacanya.
Bekas tangan adalah puncak umur yang panjang, karena takkan tergilas oleh waktu. Waktu hanyalah menjadi rentang yang tak terukur baginya. Selamanya terus hidup.
Baca Juga : Kisah Agus, Bocah Penjual Bakso Keliling yang Rela Putus Sekolah Demi Menyambung Hidup
Demikian penjelasan mengenai tiga hal penting dalam petuah Buya Hamka. Semoga penjelasan di atas bermanfaat dan menambah wawasan Anda terhadap tokoh agama yang ada di negeri ini.
0 Comments
EmoticonEmoticon