"Kita bunuh pertama mereka, sebelum kita dibunuh," begitu salah satu bagian pidato Victor Laiskodat, Ketua Fraksi Partai Nasdem yang terekam dan beredar.
Ia jelaskan, jika khilafah berhasil berdiri maka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak akan ada lagi. Bahkan, semua orang Indonesia akan diwajibkan melaksanakan salat dan gereja tidak boleh lagi berdiri.
Ucapan provokatif Victor merujuk pada HTI yang dinilainya anti Pancasila dan ingin mendirikan khilafah di Indonesia.
Sementara itu, Wakil Ketua Fraksi Partai Nasdem Johnny G Plate menilai bahwa substansi pernyataan Viktor adalah dengan menyetujui Perppu Ormas, adalah upaya mengawal dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945.
”Bagi yang menolak Perppu, sama saja menantang Pancasila dan UUD 1945,” kata Johnny.
Menurut Johnny, pernyataan yang disampaikan Viktor bersamaan dengan momentum reses dan bertemu dengan konstituen.
Dalam hal ini, bila bertemu dengan konstituen, bahasa yang disampaikan harus terang benderang, bukan politik abu-abu yang membuat rakyat susah.
”Kalau ditafsirkan itu provokasi, fitnah. Tidak, itu salah. Tidak provokatif. Edukasi iya. Informasi kepada konstituen,” kilah Johnny.
Johnny menilai partai politik yang disinggung dalam pidato Viktor bereaksi salah. Sebab, belum meminta klarifikasi ke Partai Nasdem, sudah ada yang membawa masalah itu ke polisi.
Menurut dia, upaya semacam itu adalah bentuk pelaporan atas orang yang membela Pancasila. ”Sama saja menyerang Pancasila dan UUD 1945,” tandasnya.
Sebelumnya, pemeritah melalui Menristekdikti juga melakukan pemeriksaan terhadap dosen di seluruh Indonesia. Mohamad Nasir berjanji bakal memberikan sanksi berupa pemecatan terhadap dosen yang massih menjadi anggota HTI. (bay/idr)
0 Comments
EmoticonEmoticon