Mengenal Sosok Mohammad Yamin, Tokoh Perumus Pancasila


mohammad yamin via tirto.id

Siapa yang tak mengenal Mohammad Yamin, seseorang yang berperan penting dalam perumusan pancasila. Berikut adalah kisahnya.

Mohammad Yamin merupakan pahlawan yang memperjuangakan persatuan dan kesatuan pemuda melalui Sumpah Pemuda tahun 28 Oktober 1928.

Mohammad Yamin itu seorang yang ahli dalam hukum, budayawan, politikus, sastrawan, dan sejarahwan  yang disegani sebagai Pahlawan nasional Indonesia.

Ia juga dikenal sebagai salah satu pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan", yang mempengaruhi persatuan Indonesia.

Mohammad Yamin memperoleh gelar Messter in de Rechten/Sarjana Hukum dari Rechtshoogeschool te Batavia.

Baca Juga : Kisah Para Nabi dan Rasul Beserta Mukjizatnya


Biografi Mohammad Yamin Pengusul Dasar Negara

Mohammad Yamin merupakan salah satu tokoh yang ikut terlibat dalam pengeluaran gagasan mengenai dasar negara bersama dengan Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Ir. Soekarno dan juga Dr. Soepomo pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 pada sidang pertama BPUPKI.

Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat.

Biografi Mohammad Yamin

ilustrasi mohammad yamin via erwinedwar.com

Mohammad Yamin putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Menurut informasi yang kami dapat, ayahnya mempunyai 16 orang anak dari 5 istri, yang hampir keseluruhan anak-anaknya menjadi intelektual yang berpengaruh dalam perkembangan Indonesia.

Saudara-saudara dari Mohammad Yamin, antara lain : Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan terkemuka, Muhammad Yaman, seorang pendidik, Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu, sepupunya yang bernama Mohammad Amir, merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Jejak Pendidikan Mohammad Yamin

Moh. Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Palembang kemudian ia melanjutkannya di Algemeene Middelbare School (AMS) di Yogyarakrta.

Ketika di AMS Yogyakarta, Moh. Yamin mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani Latin, dan Kaei. Setelah tamat dari pendidikannya, ia berniat untuk melanjutkannya ke Leiden, Belanda, tapi hal tersebut tidak terjadi karena ayahnya meninggal dunia.

Mohammad Yamin kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas Hukum Universitan Indonesia), dan ia berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.

Mohammad Yamin di Dunia Sastra

ilustrasi mohammad yamin via kompasiana.com

Moh. Yamin memulai karier sebagai seorang penulis sekitar pada taun 1920-an semasa dunia sastra di Indonesia sedang mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ia tulis menggunakan bahasa Melayu dalam Jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920.

Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kalinya sebagai penyair dengan puisinya, yang berjudul Tanah Air, yang ia maksud dengan tana airnya, yaitu Minangkabau di Sumatera. Tanah Air merupakan himpunan dari pusisi modern Melayu pertama yang diterbitkan.

Pada tanggal 28 Oktober 1928, munculnya himpunan dari puisi modern yang kedua, yaitu dengan berjudul Tumpah Daraku. Karya ini dinilai sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin beserta dengan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal.

Dalam karya puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literarut Belanda, ia juga sering melakukan eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, namun ia lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu.

Tidak hanya dalam hal puisi, Moh. Yamin juga menerbitkan banyak drama, esei, dan novel sejarah. Ia juga menerjemahkan karya-karya dari William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.

Karya-karya Mohammad Yamin

Nah, berikut ini beberapa karya dari Moh. Yamin :
  • Tanah Air (Puisi-1922)
  • Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
  • Kalau Dewa Tara Sudah Berkata (drama-1932)
  • Ken Arok dan Ken Dedes (drama-1934)
  • Sedjarah Peperangan Dipanegara (1945)
  • Tan Malaka (1945)
  • Gadjah Mada (novel-1948)
  • Sapta Dharma (1950)
  • Revolusi Amerika (1951)
  • Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia (1951)
  • Bumi Siliwangi (Soneta-1954)
  • Kebudayaan Asia-Afrika (1955)
  • Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi (1956)
  • 6000 Tahun Sang Merah Putih (1958)
  • Naskah Persiapan Undang-undang Dasar, 3 jilid (1960)
  • Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid 

Sepak Terjang Mohammad Yamin di Dunia Politik

ilutrasi dunia politik masa moh.yamin via nusantara.news

Moh. Yamin memulai karier politiknya saat ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Pada waktu itu ia bergabung ke dalam organisasi Jong Sumatranen Bond dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II.

Dalam ikrar tersebut, Yamin menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak agar Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian selepas kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusateraan Indonesia.

Mohammad Yamin yang kuliah di Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, akhirnya pada tahun 1932 memperoleh gelar sarjana hukum. Ia bekerja dalam bidang hukum di Jakarta sampai tahun 1942, masih di tahun yang sama, ia tercatat sebagai anggota Partindo.

Partindo bubar, bersama dengan Adenan Kapau Gani dan  Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Ia terpilih sebagai anggota Volksraad pada tahun 1939.

Pada masa pendudukan negara Jepang di Indonesia pada tahun (1942-1945), Yamin bertugas di Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Mohammad Yamin juga mengemukakan pendapatnya mengenai dasar negara pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanankan pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Berikut ini usulan dasar negara dari Moh. Yamin :
  • Peri Kebangsaan
  • Peri Kemanusiaan
  • Peri Ketuhanan
  • Peri Kerakyatan
  • Kesejahteraan rakyat

Pada sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara. Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda.

Soekarno yang pada saat itu juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Pasca kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin juga dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.

Pasca kemerdekaan, beberapa jabatan yang pernah dijabat oleh Moh. Yamin antara lain :
  • Anggota DPR (sejak tahun 1950)
  • Menteri Kehakiman (1951-1952)
  • Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953-1955)
  • Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960)
  • Ketua Dewan Perancang Nasional (1962)
  • Ketua Dewan Pengawan IKBN Antara (1961-1962)
  • Menteri Penerangan (1962-1963)

Pada saat menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayan, Yamin banyak mendorong pendirian universitas-universita negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat.

Mohammad Yamin dengan  Keluarga

Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari pada tahun 1937. Istrinya adalah seorang putri bangsawan dari Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai satu orang putra, yang bernama Dang Rahadian Sinayangsih Yamin.

Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahannya dengan Raden Ajeng Sundari Merto Amodjo, putri tertua dari Mangkunegoro VIII (butuh rujukan).

Akhir Hidup Mohammad Yamin

ilustrasi mohammad yamin via catatanbaskoro.wordpress.com

Mohammad Yamin lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat dan meninggal pada tanggal 17 Oktober 1962.

Penghargaan 

Atas jasa-jasanya dalam perkembangan Indonesia, Moh. Yamin mendapat beberapa penghargaan :
  • Gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1973 sesuai dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973.
  • Bintang Mahaputra RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasangan pada nusa dan bangsa.
  • Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps.
  • Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Pataka Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat


Demikian kisah Mohammad Yamin yang merupakan pahlawan nasional Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat dalam menambah wawasan Anda terhadap tokoh-tokoh penting dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. 

0 Comments


EmoticonEmoticon