Review Film Alpha

loading...

JAKARTA - Selama puluhan ribu tahun, anjing sudah menjadi sahabat manusia, terutama untuk berburu. Banyak kisah yang menuturkan bagaimana anjing bisa menjadi sahabat manusia. Dan, semua kisah itu selalu menarik untuk diikuti.

Sejarah bagaimana anjing akhirnya bisa menjadi sahabat manusia ini pulalah yang diangkat di film Alpha. Film besutan sutradara Albert Hughes ini dikemas dengan gaya penuturan sejarah dengan kisah petualangan yang tak membosankan untuk disimak.

Alpha berlatar belakang kehidupan di masa Paleolitikum Atas di Eropa sekitar 20.000 tahun lalu. Film ini mengisahkan tentang sebuah suku yang hendak pergi berburu. Suku itu dikepalai Tao (Jóhannes Haukur Jóhannesson). Dan, untuk kali pertama, Tao membawa putranya, Keda (Kodi Smit-McPhee). Suku itu kemudian bepergian selama berpekan-pekan ke kawasan tempat hewan buruan mereka.

Ketika mereka mulai memburu bison dengan cara menghadang mereka di tepi jurang, seekor bison malah menyerang Keda. Akibatnya, Keda pun jatuh ke atas tebing dan tak sadarkan diri. Tao pun sedih karena tidak bisa menyelamatkannya. Mengira Keda sudah tewas, kelompok itu melakukan ritual untuk orang yang meninggal dan meninggalkan tempat itu.

Setelah kelompok suku itu pergi, Keda sadarkan diri. Dia berteriak memanggil ayahnya, tapi tidak ada jawaban. Keda pun sadar bahwa dia sendirian.

Suatu malam, ketika sedang beristirahat, dia diserang sekelompok serigala. Keda berhasil melukai seekor di antaranya. Serigala yang terluka itu kemudian ditinggalkan teman-temannya. Keda yang awalnya takut pada serigala itu akhirnya iba dan merawat serigala tersebut. Dia kemudian memanggil serigala itu dengan nama Alpha.

Dari sinilah awal petualangan Keda dan Alpha dimulai. Awalnya, Keda menyuruh Alpha pergi setelah hewan itu sembuh dari lukanya. Tapi, Alpha menolak dan terus mengikuti Keda.

Alpha memiliki pendekatan menarik dalam menceritakan kisah petualangan Keda dan serigalanya. Film ini tidak dibuat dengan dialog bahasa Inggris, melainkan bahasa kuno. Menariknya, penonton bisa menarik persamaan antara bahasa itu dengan bahasa Indonesia. Di film itu, Keda memanggil ayahnya dengan sebutan “ayah”, bukan “father”.

Meski tak banyak memberikan kejutan, Alpha justru memanjakan mata penontonnya dengan pemandangan zaman es atau ice age yang spektakuler. Hughes menghadirkan berbagai hewan yang hidup di zaman itu, mulai dari badak hingga sekelompok mammoth dan singa yang menerkam di kegelapan. Selain itu, gunung api yang memuntahkan magmanya menjadi pemandangan tersendiri di film ini.

Film ini akan memberikan pemandangan yang berbeda dari film-film yang ada saat ini. Tidak ada senjata modern atau gawai modern di film ini dan semuanya masih dilakukan secara manual dan alami. Kepungan badai salju membuat kisah petualangan Keda dan Alpha menjadi lebih menarik untuk terus disimak. Apalagi, keduanya sama-sama kelaparan dan Alpha terluka karena diserang singa.

Alpha adalah sebuah film yang menuturkan sejarah dengan balutan drama petualangan yang tidak berlebihan. Formulanya pas dan tidak membosankan untuk disimak. Film ini pas dinikmati bagi Anda yang sedang bosan dengan rutinitas harian saat ini dan ingin mencari sesuatu yang berbeda.

Alpha sudah bisa disaksikan di seluruh bioskop di Tanah Air. Selamat menonton!

Let's block ads! (Why?)

https://lifestyle.sindonews.com/read/1340144/165/review-film-alpha-1537520780

0 Comments


EmoticonEmoticon